Pindar di Indonesia: Lebih Produktif, Lebih Baik!

18 Juni, 2025 by aktivaku

Pinjaman digital atau yang akrab disebut sebagai Pindar bukan lagi hal asing di masyarakat Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Pindar telah menjadi solusi akses keuangan bagi banyak orang, terutama mereka yang belum tersentuh layanan perbankan tradisional.

Pindar hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari platform pembayaran digital, dompet elektronik, hingga pinjaman online berbasis teknologi, salah satunya adalah peer-to-peer lending (P2P). Salah satu yang sedang berkembang pesat adalah platform pinjaman digital atau yang dikenal sebagai Pindar (Pinjaman Daring).

Menurut riset dari CORE Indonesia, mayoritas pengguna Pindar adalah generasi muda dengan penghasilan rata-rata di bawah Rp5 juta per bulan. Mereka bukanlah golongan menengah atas, melainkan pejuang ekonomi mikro mulai dari penjual pulsa keliling, pedagang sayur, hingga pelaku usaha kerajinan rumahan.

Yang menarik, sebagian besar peminjam menggunakan dana tersebut untuk tujuan produktif, seperti modal usaha, pembelian stok barang, atau investasi alat produksi. Bahkan, 67% responden menyatakan bahwa pinjaman ini membantu meningkatkan pendapatan mereka, sementara 51% merasa lebih ringan dalam hal beban cicilan karena ada hasil usaha yang bisa digunakan untuk membayar.

Hal ini tentu berbeda dengan pinjaman konsumtif yang biasanya digunakan untuk membeli gadget atau liburan, dan seringkali justru membebani peminjam karena tidak menghasilkan nilai tambah ekonomi.

Dari sisi pemberi dana atau lender , tren ini juga sangat menggembirakan. Mereka memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi dengan mendanai proyek-proyek produktif, sekaligus mendapatkan imbal hasil yang kompetitif. Namun tentu saja, para lender harus bijak dalam memilih platform maupun calon peminjam agar risiko kredit macet dapat diminimalkan.

Selain itu, perkembangan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut memberikan rasa aman bagi para pelaku Pindar. Meskipun aturan ketat dari OJK memang menambah beban biaya operasional bagi platform digital, namun kebijakan ini juga menciptakan ekosistem yang lebih sehat dan transparan.

Sebagai contoh, platform Pindar wajib memiliki sistem verifikasi data yang kuat, laporan berkala, serta perlindungan data nasabah. Semua ini bertujuan untuk melindungi kedua belah pihak peminjam maupun pemberi dana—dan menjaga keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Tidak kalah penting adalah peningkatan literasi keuangan di kalangan pengguna Pindar. Semakin baik masyarakat memahami risiko dan manfaatnya, semakin rendah potensi masalah di masa depan.

Karena Pindar bukan hanya soal uang cepat, tapi juga peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik satu pinjaman produktif sekaligus.