Tinggal di rumah sendiri tentu menjadi impian banyak orang. Mahalnya harga rumah “memaksa” sebagian besar dari mereka untuk mengambil Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Sayangnya, tidak semua orang “bankable” alias dianggap cukup mampu atau dipercaya oleh pihak bank, hanya karena bekerja di sektor informal dan punya pendapatan yang tidak tetap, padahal mereka berpenghasilan besar.
Rolland Setiawan, selaku Asisstant VP Retail Deposit Product&Solution Group Bank Mandiri, mengakui jika bank memang harus memenuhi aturan yang ketat dalam memberikan pinjaman ke nasabah. “Fintech dengan keunggulan teknologi, memperluas akses pinjaman, dengan lebih mudah. Bukan tidak ada bidang yang tidak kami biayai pinjamannya, tapi memang banyak dari mereka ditolak pengajuan pinjamannya, karena tidak tercatat pendapatannya,” jelasnya.
Melihat kondisi yang terjadi, Aktivaku menawarkan produk Kepemilikan Rumah “ AktivaHome”, yang merupakan layanan terbaru dari Aktivaku. Berbeda dengan pembiayaan perumahan pada umumnya, Aktivahome memberikan solusi untuk masyarakat undeserved namun memiliki installment capacity untuk menjadi bankable dengan bantuan teknologi untuk proses analisa dari berbagai sisi kelayakannya.
Untuk mendukung sosialisasi AktivaHome, pada tanggal 5 Maret 2020, berlokasi di Resto Kembang Goela, Jakarta, diadakan acara “Growth Your Money-sense Digitally“ yang merupakan kolaborasi antara Aktivaku dengan beberapa perusahaan, antara lain Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Institusi Perbankan BUMN (PT Bank Mandiri Tbk. area Pondok Kelapa), dan Perusahaan Aplikasi Pencatatan Keuangan (Moneesa), serta didukung oleh Asosiasi Pengusaha Wirausahawan Properti Nusantara (Perwiranusa).
Pada acara tersebut, Ricky Gandawijaya selaku pendiri dan CEO Aktivaku mengatakan saat ini, setiap tahunnya ada sekitar 6,8 juta masyarakat Indonesia yang belum memiliki rumah. Melalui AktivaHome, konsumen yang ingin memiliki rumah bisa menggunakan kredit instalment dari AktivaHome.
“Kami melihat ini menjadi peluang, sektor informal bukan tidak bisa mendapat akses pinjaman bank, mereka mampu hanya saja dianggap belum ‘aman’ untuk pinjaman. Padahal mereka punya penghasilan,” tambahnya.
Untuk proses pinjaman sendiri dapat dicairkan dalam kurun waktu 2 minggu jika seluruh dokumen yang dibutuhkan lengkap. Sedangkan bunga pinjaman yang dikenakan pada borrower berkisar antara 12 hingga 14 persen. Diharapkan program AktivaHome dapat membiayai sekitar 1.000 hingga 2.000 rumah pada tahun 2020 dengan harga rumah berkisar Rp150 juta hingga Rp600 juta, sehingga total potensi pembiayaan sebesar Rp400 miliar hingga Rp800 miliar per tahun.
Dalam program ini, Aktivaku menggandeng Perkumpulan Wirausahawan Rumah Rakyat Nusantara (Perwiranusa) dalam penyediaan rumah, Moneesa untuk membantu pengaturan dan pencatatan keuangan bagi para borrower, sejumlah perbankan, salah satunya Bank Mandiri, serta psikolog dari Universitas Indonesia untuk menilai karakter calon borrower.
Layanan AktivaHome tidak hanya memberikan kemudahan bagi borrower, tapi juga keuntungan untuk lender. Pada diskusi ini, Aidil Akbar Madjid, yang merupakan seorang perencana keuangan, mengungkapkan bahwa di tengah pesatnya perkembangan digital, kelas menengah Indonesia tidak paham pengelolaan keuangan, tidak mengerti bagaimana berinvestasi, sehingga tidak sedikit yang terjebak pada jeratan hutang hingga investasi bodong. Padahal dengan literasi keuangan yang baik, maka kehidupan kelas menengah bisa lebih baik dan makin sejahtera. Dimana saat ini Jumlah lender yang tergabung dengan Aktivaku sekitar 3.000 lender, tapi hanya 300 yang aktif dengan total dana pengelolaan Rp 100 miliar. Dengan AktivaHome, diharapkan lebih banyak Aktivers yang berpartisipasi sebagai lender, mengingat dana yang diperlukan cukup terjangkau, yakni mulai dari Rp 100.000.